Itu kalimat sebelum lastline-nya film 2012 , sederhana, tapi cukup untuk bikin otak gue jadi ngefreeze sejenak. Berpikir, tentang sesuatu bernama "rumah" itu.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Oh ya, gue gak pernah ngerti kenapa ponakan gue yang umurnya baru 4 tahun itu sangat doyan nonton filmnya 2012 . Di saat temen-temennya yang seumuran masih nonton Alvin and The Chipmunks, dia malah hobby nontonin film bencana alam. Dan sore ini pun gue terpaksa nemenin dia nonton film itu. Horror.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
"Rumah itu bisa di mana saja, di mana pun kita bisa ngerasa nyaman, secara hati tentu saja. Iya, sesederhana itu"
Jadi setau gue, rumah itu bisa jadi bermacam-macam. Tergantung. Buat sebagian orang, rumah itu tempat. Buat sebagian lainnya, rumah itu hobi. Dan buat sebagian yang lainnya lagi, rumah itu, seseorang.
Dan buat gue, rumah itu, dia.
Iya, dia. Seseorang yang gue panggil "Sayang". Seseorang yang rela nemenin gue dua tahun lebih ini. Seseorang yang dengan alay-nya selalu gue kirimin dengan 3 smiley paling maut (baca :) hampir setiap pagi. Seseorang, yang dengan khilafnya bisa jatuh cinta sama gembel bau ikan asin macem gue. Seseorang yang gue sayang, setengah mampus.
Dia adalah rumah yang akhirnya gue temukan setelah capek guling-guling jadi gelandangan, homeless. Rumah yang mungkin gak sempurna, tapi sudah lebih dari cukup untuk membuat gue gak pernah berpikir mencari rumah yang baru, rumah yang mungkin lebih megah. Dan gue, betah dengan rumah ini.
Yah, senggaknya itu yang gue rasa, kemaren.
Sekarang ? Entah, rasanya ada sesuatu yang salah. Gue masih berada dalam rumah yang sama,hati yang sama, tapi sesuatu yang salah itu yang sepertinya membuat gue ngerasa jadi gelandangan lagi. Dan seperti yang seorang gelandangan biasa lakukan, gue luntang-lantung. Hati gue luntang-lantung.
Gue gak tau kenapa, mungkin gue yang salah, mungkin rumahnya yang salah, mungkin juga kita berdua yang salah, atau, mungkin hanya keadaannya yang salah. Sekali lagi, gue gak tau. Dan sampe saat ngetik ini pun, gue masih belum punya cukup nalar buat mengerti.
Gue merindukan rumah yang sedang gue tinggali.
Menyedihkan ? Iya, gue tau.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Tapi senggaknya gue yakin, bahwa semua orang, pasti punya rumah masing-masing, rumah yang akan membuat kita merasa benar-benar nyaman hanya dengan berada di dalamnya, rumah yang tepat. Rumah yang akan kita tinggali seterusnya.
Kita cuman perlu menunggu untuk menemukan rumah yang tepat itu.
Atau mungkin, menyadari, bahwa kita sudah menemukannya.
Dan gue ?? Gue gak tau dan mungkin gak peduli di mana rumah yang tepat buat gue.
Yang gue tau, di mana pun itu, gue pengen buru-buru pulang.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Dan buat kamu. Iya kamu, saya kangen. Sumpah. Tapi saya tau, ngomong kangen aja gak bakalan cukup, makanya saya nulis panjang-panjang gini, biar kamu bisa tau, apa yang saya rasa. Atau kalau saya bisa berharap lebih, biar kamu bisa ngerti.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Bener kata tetangga, galau itu bisa bikin kita ngomong ngelantur, seperti gue dan postingan alay ini.
Udahan dulu, Salam Gembel.. :*
Oh iya, ada yang bisa kenalin gue sama Ve JKT48 ?? Gue lagi ngefans sama dia sekarang.. :p