Tuesday, March 29, 2011

Keyakinan Primitif

"Ooppiiiii....oopppiiiiiii...", ada orang yang heboh teriak-teriak manggil nama gue.

Waktu itu gue lagi tidur di kamar, pulas banget, gue mimpi lagi ada di Hawaii trus banyak cewek di samping gue, oh, mimpi yang indah. Awalnya gue kira suara itu asalnya dari mimpi gue. 

"Ooppiiiii....oopppiiiiiii...", suara itu lagi, KAMPRET, ternyata ada orang di depan rumah yang manggil-manggil gue.

Suara tengik itu membangunkan gue. Gue terpaksa bangun, dengan berat hati. Sambil susah payah mengumpulkan nyawa, gue ngomel-ngomel, siapa sih yang berani-beraninya bangunin gue yang lagi hibernasi??

Pas keluar rumah, well, keliatanlah asal suara yang lebih mirip nguikan babi lagi flu itu. Si Kadir. Dia berdiri depan rumah gue sambil cengengesan, senyum najong, tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Lama amat buka pintu.", dia nyolot.

"Gue lagi molor, kampret." gue balik nyolot.

"Hhh, pantesan ceking, molor mulu."

"Hhehe..", gue ketawa garing, tapi hati ini rasanya pengen bekep mulut dia pake selangkangan.

"Lo ngapaen kemari??", gue to the point, gue pengen cepet-cepet balik molor lagi.

"Bikinin gue surat."

"Surat apaan? Surat cinta ye? Buat siapa? Hhuaahaha, ganjen amat lo.", gue nanya, bertubi-tubi.

"Bukan, surat pengunduran diri. Bikinin gue surat pengunduran diri. Gue mau out dari tempat kerja gue.", jawab dia, acuh.

"Hah ?? Yakin ??" gue nanya dengan wajah sok cool.

"Iya.", jawab dia singkat.

"Yowes, masuk dulu gih." gue mempersilahkan si Kadir masuk rumah, yang lebih mirip kapal pecah.

Gue nyalain komputer, langsung buka MS.Word, sementara sibuk ngetik surat requestnya si Kadir, gue iseng nanya,  "Kenapa mau berhenti kerja ?"

"Karena gue terlalu jujur, temen-temen kerja gue gak suka, gue ngerasa asing disitu."

Aneh, seseorang bisa gak disukai karena dia jujur. Memang sih, kadang di dunia kerja, kebohongan pun itu perlu. Aneh memang, tapi begitulah potret kehidupan kita

" Hhm, tapi lo yakin mau berhenti kerja ?? Lo mau makan apa coba ? Hari gini cari kerjaan susah lho.."

Yap, sama kayak gue, temen gue yang satu ini bukan orang tajir, gitu juga dengan ortunya. Apa yang dia dapatkan, apa yang dia makan, itu hasil dari keringat dia. Dan sekarang dia dengan seenaknya pengen berhenti kerja, disaat banyak orang yang lagi pengangguran.

"Mau makan apa ? Hhaha, lo lucu, itu kan dah ada yang ngatur, Pii." dia menjawab seadanya.

"Ada yang ngatur, maksud lo??", gue balik nanya dengan ekspresi muka sumpe lo gaya alay.

"Tuhan." singkat, padat, tapi belom jelas menurut gue.

Gue diam sejenak.

"Menurut gue, kayaknya keyakinan lo itu primitif banget deh." gue bilang.

"Primitif ? Lo gak yakin kalo semuanya dah diatur sama Tuhan? Dosa lo kalo gak yakin, dosa.", dia terpancing.

Well, sebetulnya gue punya fondasi agama yang agak lumayan, gue juga gak pernah absen sholat. Tapi masalah keyakinan, kalo semuanya, segala sesuatu yang ada di bumi gak bisa jalan tanpa aturan Tuhan, iman gue kayaknya blom cukup buat menelan semua itu. Gue gak kayak si Kadir yang dengan seenaknya bilang "Ada Tuhan yang ngatur." di situasi kritis macam ini. Tanpa kerjaan, dia terancam jadi gembel. Tapi sekarang dia dengan sok nya, bawa-bawa nama Tuhan.

Sebetulnya, meskipun seandainya dia sudah berhenti dari tempat kerjanya, dia masih punya kerjaan lain. jadi guru ngaji di masjid. Tapi gue tau, kalo upahnya hanya 50.000 rupiah, per bulan. Dan gue juga tau, kalo itu sangat jauh dari kata cukup.

Gue sempat mikir, kalo di negara kita banyak orang dengan keyakinan dan pola pikir kayak si Kadir, yang sangat pasrah dengan campur tangan Tuhan. Bisa carut marut jadinya.
 
Setelah surat itu selesai gue ketik, gue langsung mau print. Kampretnya, printer gue rusak.

"Printer gue rusak, Dir. Gimana dong?"

"Yaudah, print di warnet aja."

"Okeh", gue setuju.

Yang agak bikin gondok, warnet-warnet jaman sekarang jarang banget ada yang nyediain printer. Gak kepikiran apa kalo ada orang yang datang buat ngerjain tugas sekolah, trus butuh buat print tugasnya?. Mungkin, di pikiran para juragan warnet ini, orang-orang hanya datang ke warnet cuma buat facebook-an. Come on, di jaman hi-tech sekarang, kalo lo datang ke warnet CUMA buat maen fesbuk,  lo keterbelakangan mental. Thumbs down.

Di perjalanan nyari warnet yang punya printer. Gue sempat punya pikiran picik, dalam hati gue bilang "Dir, kalo surat ini sudah nyampe dan sudah di accept sama atasan lo, lo resmi jadi gembel. And we'll see, apa yang bakalan Tuhan kasih sebagai kompensasi keyakinan primitif kamu itu." gue menyeringai, seringai yang merendahkan.

Setelah capek muter-muter, akhirnya ketemu juga warnet yang nyediain jasa print. Warnetnya terkesan high-end. Rapih.

"Mas, print item putih, selembar berapa?", gue nanya mas adminnya.

"Seribu", jawab mas-mas itu. Acuh. Dia sibuk fesbukan.

Kampret, ada pelanggan woi, dan lo sibuk fesbukan. dasar keterbelakangan mental. Gak profesional. Image high-end warnet ini diruntuhkan seketika oleh adminnya sendiri. Yang mukanya mirip kancut.

"Halo, mas", gue memecahkan konsentrasinya yang lagi sibuk nge-chat sama cewek. Benar-benar alay. Di samping gue, si Kadir cekikikan.

"Oh iya, flashdisk nya mana?" respon si admin, tapi mukanya gak berpaling dari monitor. Kampret.

"Gak pake flashdisk, pake hape", kata gue sambil nyodorin hape+data traveler.

"Oh, iya"

Pas dia colok hape gue ke kompi. Gue kira dia sudah mau nge-print. Tapi ternyata, dia nge-scan dulu hape gue itu. Pake Smadav 8.2. Oh man, itu antivirus dari jaman batu. Karena proses scanning lama. Dia pun balik fesbukan. Kancut. Benar-benar kancut. Ternyata scanning cuma alasannya doang, biar bisa buka fesbuk lagi, ngelanjutin chat dengan cewek tadi.Gue dongkol.

"Mas, scan nya di stop aja,gak ada virusnya kok. Hape itu pake Kaspersky, lebih sangar dari Smadav jadul mas itu", gue nyolot. Hape gue lebih canggih dari PC lo itu, kancut.

Di sebelah gue, si Kadir masih cekikikan.

"Oke mas, nunggu di sana aja." sepertinya dia sudah ampun dengerin ocehan gue.

Pas lagi nunggu, ada sosok om-om yang juga high-end masuk ke warnet. Eksekutip tua sepertinya. Dia ngelirik si Kadir, lalu dia nyamperin. Oh tidak, dalam pikiran gue, dia pasti om-om gay yang doyan berondong. Dan wajah kami berdua yang erotis ini pasti sudah bikin dia horny.

"Eh, si Kadir," om itu nyapa si Kadir dengan muka genit. Oh god, pikiran gue makin menjadi-jadi. Om itu pasti langganan si Kadir.

"Eh, si om", si kadir menjawab dengan muka malu-malu.

"Boleh minta tolong gak, Dir ??" si om nanya. What The F*ck. Dalam pikiran gue, om ini bakalan bilang "boleh gak, om minta ditemenin sama kamu malam ini??" iblis menari-nari di otak gue.

"Minta tolong apaan om??", si Kadir penasaran.

"Anak om, ada 3 orang, tapi blom ada yang bisa ngaji. Kamu bisa private mereka??

"Bisa om, bisa. ", si Kadir sumringah.

JEGERR. Gue terhenyak. Gue mengamati pembicaraan. Tapi pura-pura acuh.

"Oh, bagus deh kalo begitu. Tapi masalah pembayarannya gimana tuh Kadir? Berapa om harus gaji kamu?"

"Ah, kalo itu seikhlasnya om saja," jawab si Kadir sambil tersenyum pasti.

Gue tetap mengamati pembicaraan.

"Haa, baiklah kalo begitu.", si om itu mengulum senyum. Senyum yang berwibawa.

Mereka lalu ngobrol ngalor ngidul. Mas admin sudah selesai ngeprint dari tadi, kami gak merhatiin. Saat om itu sudah pergi. si Kadir ngeliatin gue, sambil tersenyum cerah, dia bilang,

"Apa kata gue, semua itu, sudah ada yang ngatur, gue batal jadi gembel, gue dapat kerjaan jadi guru ngaji private."

Gue bungkam. Rentetan kata itu tajam, menusuk.  Keyakinan yang gue anggap primitif itu, terbayar lunas dan tuntas. Detik itu juga. 

Keajaiban telah terjadi, tepat di depan batang hidung gue.

Saat itu, Tuhan mengirimkan malaikat ke warnet itu, memberikan seberkas cahaya buat si Kadir. Sekaligus tamparan buat gue yang sudah berpikir terlalu picik. Tamparan yang keras. Dada gue sesak.

Satu jam yang lalu, si Kadir membangunkan jasad gue dari hibernasi. Sekarang, giliran hati dan otak gue yang dia bangunkan dari hibernasi berkepanjangan.

Pertanyaan picik gue, apa yang bakalan Tuhan kasih sebagai kompensasi keyakinan primitif itu?? Akhirnya gue bisa jawab sendiri. Jawabannya : SEGALANYA. Ya, Dia memang berkuasa untuk itu.

Hari ini gue belajar. Kalo kita, manusia, harus yakin dengan adanya satu sosok yang sudah nge-set up semua. Dari tatanan kosmik terbesar hingga susunan atom terkecil, akhirnya gue bisa menelan itu semua.

Dan seperti hari ini, Tuhan juga telah mengatur semesta untuk bersekongkol. Mulai dari si Kadir, surat pengunduran diri, printer gue yang rusak, warnet-warnet yang gak nyediain printer, mas admin keterbelakangan mental, sampe om-om dengan senyum najong. Tuhan sudah ngatur persekongkolan variabel-variabel semesta tersebut dengan sangat sempurna. Dan dengan ajaib, persekongkolan itu berhasil memperbaiki posisi otak dan hati gue yang udah jungkir balik jumpalitan ditelan jaman.

Hari ini gue juga belajar dari keyakinan seorang hamba yang sangat besar terhadap Tuhannya. Bahwa bagaimana pun kecilnya kita, Tuhan tetap peduli. Ironisnya, terkadang kita yang gak peduli dengan Dia.

Gue pun berpikir, mungkin negara kita butuh lebih banyak orang dengan keyakinan dan pola pikir macam ini. Biar peringkat korupsi negara kita bisa menurun.

Satu lagi, gue udah melakukan kesalahan besar dengan menganggap keyakinan ini primitif. Karena mungkin, bahkan otak Socrates dan Plato pun gak pernah sampe di titik keyakinan macam ini.

Dan buat si Kadir. Tenang kawan, dengan mental lo yang macam itu, gue yakin, suatu hari nanti, lo bakalan jadi orang yang besar.
 
Gue yakin.



Wednesday, March 23, 2011

Unrequited Love

Sebelum dibaca lebih lanjut, for your info, postingan ini cuma sarana curcol gue yang lagi pengen ber-melankolis-ria. Jadi isinya agak lebay bin alay lay cikicikibumbum. Tapi kalo masih minat baca, yah monggo.

Begini.

Pagi itu gue bahagia, setidaknya untuk sejenak. Alasannya sangat sederhana, pas gue lagi nongkrong di kampus, tiba-tiba gue ngeliat seorang cewek muncul secara ajaib. Dan gue, sangat kenal dengan cewek itu. Gue tau kalo namanya Anindya Larasati. Gue tau kalo dia juga Sagitarius, tapi setahun lebih tua dari gue. Dan gue juga tau kalo dia udah punya pacar, dan sekarang pacarnya lagi di luar kota, long distance relationship. Gue tau kalo dia juga kuliah di universitas yang sama dengan gue, jurusan bahasa, tapi beda lokasi kampus, makanya gue gak nyangka bakalan liat dia, 10 meter di hadapan gue.

Pagi itu dia pake kaos coklat, cardigan item, rambut diikat keatas trus pake tusuk konde ala harajuku. Benar benar mirip karakter kartun cewek di serial-serial animasi jepang. Dan dipadukan dengan wajahnya yang mirip "Shireen" sama "Andrea Dian" ngeblend (ini serius), gue pun benar-benar ter-influance ngeliatin dia. Serasa pengen mimisan.

Anin pernah jadi teman kerja gue. Ralat, gue pernah satu tempat kerjaan bareng dia, tapi kita gak temenan. Kita beda kasta. FYI, waktu itu dia jadi "performer", dan gue jadi "caster". Ya, kita kerja di dunia yang menghibur orang-orang. Setiap dia perform, gue selalu usahain buat duduk paling depan, cuma bisa bengong, mulut nganga dengan liur netes-netes (gak, gue gak rabies), gue hanya terpesona. Diam-diam, gue menaruh perasaan. Diam-diam.

Gue, seperti gembel yang jatuh hati pada idolanya.

Ironisnya, seperti kisah cinta yang gak kesampaian. Gue cuma bisa ngeliatin dia tanpa bisa ngapa-ngapain. Dia dengan gue, seperti langit dan cacing tanah, beda jauh. Seperti pungguk merindukan bulan. Dan bagaimanapun gue berusaha, dia tetap saja, seperti biasanya, tak tersentuh.
 
Dan seperti pagi itu, saat gue udah setengah mampus terpesona ngeliatin dia, saat gue udah kenal dia. Dia sama sekali gak ngelirik gue. Dia bahkan mungkin gak kenal dan gak tau bagaimana muka gue ini. Dia juga mungkin gak pernah merhatiin gue yang selalu setia duduk paling depan kalo dia lagi perform dulu.

Bagi gue, dia bersinar. Tapi bagi dia, gue invisible. Tak terlihat.
 
Yah, gue pathetic. Sangat pathetic. Unrequited love, kurang lebih seperti itu orang menyebutnya. Cinta yang gak terbalas. Cinta yang gak kesampaian.

Ada yang pernah bilang kayak gini "Apakah cinta yang paling menyedihkan ?, cinta yang patah karena perselingkuhan dan pengkhianatan? cinta yang terpaksa putus karena perbedaan status, strata, agama ? atau cinta yang terpisahkan gunung, lembah, dan samudera ?"
Bukan, sama sekali bukan, karena dengan cinta semacam itu, bagaimanapun pedihnya, mereka masih bisa saling mencintai, atau mungkin saling membenci. Mereka masih bisa menyimpan perasaan satu sama lain, gak peduli rasa apa itu.
Kalo gitu apa yang paling menyedihkan?? yah, cinta yang tak peduli, cinta yang teracuhkan, cinta yang gak terbalas, cinta yang gak kesampaian. Unrequited Love.

Dan yang lebih menyedihkan, cinta yang paling menyedihkan itu pernah gue alami.

Bukan cuma gue,

Cerita ini juga sedang dialami sama teman gue. Namanya Cinta, dia kesemsem berat sama cowok yang juga teman gue, si Rangga (bukan, ini bukan skenario film AADC terbaru). Sayangnya, dengan rasa si Cinta yang segitu gede, si Rangga malah gak punya rasa apa-apa, (mungkin, karena gue pun gak pernah nanya langsung). Dan seperti yang unrequited love biasa lakukan, dia menusuk tajam. Sakit. Si Cinta kesakitan. mungkin saking sakitnya, dia sering jedot-jedotin kepalanya ke tembok, trus bilang "Aduh", trus dijedotin lagi, habis itu nangis bombay sambil garuk-garuk tanah, benar-benar cerdas. Menakjubkan bagaimana efek sikap acuh seorang Rangga terhadap seorang Cinta. Mungkin rasa dia yang gak terbalas udah bikin otaknya geser.

Kemaren, waktu postingan ini masih dalam rencana, gue sempat ngobrol dengan Cinta di twitter.

Gue nanya "bagaimana menurut lo unrequited love itu ?, secara lo lagi ngalamin."

Dia bilang "menyakitkan, dan gak bisa ngapa-ngapain, pasrah aja deh gue, lha dia gak suka sama gue kok"

"Emang sampe gak bisa ngapa-ngapain??"

"Kalo gue, iya."

"...."

Unrequited Love mungkin salah satu hal paling menyakitkan yang pernah Tuhan bikin.


Lantas apa solusinya?? hmm, gak ada solusi, karena ini menyangkut perasaan, dan kita gak mungkin memaksa seseorang untuk merasakan hal yang sama seperti yang kita rasain.

Dan , seperti gue dengan Anin, seperti Cinta dengan Rangga. Pada akhirnya kami cuma bisa menerima, mendoakan, setelah capek berharap. 

Pada akhirnya kami cuma bisa bilang "Semoga dia bisa bahagia, dengan siapapun yang dia pilih".

Pada akhirnya, kami tetap gak bisa menyentuh apa yang kami inginkan.

.......



 Wawawawaww....lebay bin alay lay cikicikibumbum, bukan.?? Hhahhaha #heboh

Monday, March 7, 2011

Ladies First !!

"COWOK ITU SEMUA GOBLOK, EGOIS, SELFISH, MAUNYA MENANG SENDIRI.." teriak si Citra dengan muka merah keunguan + ekspresi muka seperti nahan kentut. Haah, dia baru aja berantem sama cowoknya, dan gue -yang dengan naas- jadi sasaran amuknya.

"Tapi kan,," gue nekat motong omongannya, tapi belum sempat omongan gue kelar,

"TAPI APA HAAH..??" si Citra melototin gue, sekarang mukanya berubah persis gorilla pengen kawin.

"Hhe, nggak.."

Sebetulnya gue pengen bilang, kalo cewek itu juga goblok, egois, selfish, maunya menang sendiri. Tapi gue takut dibejek-bejek, dicakar-cakar, dibakar, mati mengenaskan, trus dibikin sate.

Yah, memang salah gue, mau-maunya dengerin curhatan gorilla satu ini,,apalagi mengingat gue cuma di"imingi" pake permen telor cecak warna warni..

........

Dan percakapan disfungsional ini pun memberikan gue satu pelajaran penting. Jangan pernah mau dengerin curhatan gorilla betina pengen kawin tanpa didampingi oleh pawangnya. Jangan pernah.

__________________________________________

Yah, cewek itu egois, selfish, mau menang sendiri.

Gue bilang gini bukannya tanpa alasan, tapi ya memang kenyataannya seperti itu..contoh kecil keegoisan makhluk satu ini, yaitu mereka sangat gengsi dan susah buat minta maaf, walopun dah jelas-jelas salah. Ujung-ujungnya, harus kaum cowok pula yang minta maaf.. Gak ngerti?? Coba simak percakapan gue dan si gorilla betina pengen kawin ( baca: GBPK) di bawah ini .

Gue: Cit, gue ngilangin novel lo..
GBPK: Apa???? enak banget lo ngomongnya, itu novel belinya pake duit tau, bla bla bla bla bla...$%^&!@
Gue: Ya maaf cit, gue gantiin deh.

Nah, ini mah masih normal , gue yang salah gue yang minta maaf. Tapi, giliran dia yang salah..

GBPK: Pii, gue ngilangin komik lo..
Gue: Apa???? kok bisa ilang seh?? itu komik belinya pake duit tau, bla bla bla bla bla...$%^&!@
GBPK: Eh, gue kan ngomongnya baek-baek, gak usah nyolot gitu dong, bla bla bla bla bla...$%^&!@$%^&!@$%^&!@$%^&!@, gue makan lo, GUE MAKAN..
Gue: Ya maaf, yaudah deh gak usah diganti.

Kejam bukan?? dia yang salah dan harus gue lagi yang harus minta maaf.

Dan faktanya, bukan si GBPK aja yang punya kebiasaan biadab macam ini. Semua cewek punya..

Egois bukan?? yah, sangat egois memang..

Satu lagi kebiadaban kaum cewek yang cukup bikin gue jadi gondok, mereka menyebutnya, emansipasi.
Kata orang, sekarang jaman emansipasi wanita. Sebetulnya apa sih emansipasi wanita itu?? Katanya sih, emansipasi wanita itu semacam bentuk persamaan hak antara cewek dan cowok.. Dimana cewek berhak malakukan dan mandapatkan apapun yang mereka inginkan tanpa terkendala masalah genre.

Yang jadi masalah, cewek-cewek jaman sekarang dengan seenak udel mereka  menggunakan kata "emansipasi" sebagai senjata ampuh untuk mengeksloitasi kami, para makhluk bertitit.

Pernah dengar kan istilah " Ladies First" ?? nah, ini salah satunya..seperti om Kahlil Gibran yang berjaya dengan kumpulan puisi-puisinya, om Mario Teguh dengan kata-kata Golden Ways, maka para cewek juga berjaya dengan kata " Ladies First" ini..mereka dengan seenak jidatnya pake kata ini, anywhere, anytime..

Pas ada yang kayak pembagian BLT, pembagian gigi palsu, sunat gratis, mereka selalu bilang dengan wajah yang dimanis-maniskan , "Ladies First, dong" ,kami makhluk bertitit cuma bisa pasrah..
Tapi, giliran something seperti disuruh loncat ke jurang , mereka dengan manjanya bilang, "Cowok kan makhluk pemberani, jadi duluan dong", kami makhluk bertitit lagi lagi cuma bisa pasrah sambil manggut-manggut.

Ada temen cewek gue di kampus yang bilang "Ladies first itu cuma untuk kondisi tertentu aja.."

"Kondisi apa?? yang enak-enak aja??" gue bilang

"Hhe, iyalah."

"....." Gue gondok.

Mereka gak tau apa bagaimana sejarah kata Ladies First itu?? well, gue ceritain sedikit, kata Ladies First itu pertama kali muncul waktu masa perang dunia II. Dan waktu itu, kata itu sama sekali tidak mencerminkan emansipasi dan meninggikan kaum perempuan. Dan kata itu hanya diucapkan oleh para pria. Kenapa?? pada masa perang, nggak ada tempat yang bisa benar-benar dibilang aman. Hampir semua tempat dah dipasangi ranjau darat, granat, atau semacamnya. Tinggal salah injek, innalillahi deh. Nah, kaum pria menggunakan istilah Ladies First itu untuk membuat kaum wanita berjalan lebih dulu, jadi kalo di depan misalnya ada ranjau, si perempuan lah yang kena, bukan yang pria. yah, karena perempuan gak bisa angkat senjata buat perang, jadi satu-satunya kegunaan mereka yah hanya itu, jadi umpan. Ladies first, selangkah, dua langkah, tiga langkah, dan KABOOMM...innalillahi.

Hmmm....jadi buat para cewek, bijaklah sedikit, jangan seenak udel aja memperlakukan kami makhluk bertitit..kan kita sama-sama makhluk Tuhan, yah yah yah???

Akhir kata..

Hidup makhluk bertitit..

Hidup makhluk bertitit..

Hidup ibu ibu hamil..

Hidup..